Apakah Anda suka film komedi yang juga menyajikan kisah perjuangan dan patriotisme? Jika ya, maka Anda harus nonton film Nagabonar, sebuah film klasik Indonesia yang pertama kali tayang pada tahun 1987. Film ini dibintangi oleh Deddy Mizwar sebagai Nagabonar, seorang pencopet yang menjadi jenderal tentara pejuang kemerdekaan Indonesia. Film ini mengambil latar belakang peristiwa perang melawan Belanda di Sumatra Utara pada tahun 1945-1949. Film ini merupakan salah satu film terbaik Indonesia yang mendapatkan banyak penghargaan, termasuk Pemeran Pria Terbaik, Skenario Asli Terbaik, dan Cerita Asli Terbaik di Festival Film Indonesia 1987. Film ini juga menjadi perwakilan Indonesia untuk Oscar kategori Film Berbahasa Asing Terbaik, meskipun tidak berhasil masuk nominasi. Pada tahun 2007, film ini mendapatkan sekuel berjudul Nagabonar Jadi 2.
Para Pemain dan Pemeran
| Nama | Peran |
|---|---|
| Deddy Mizwar | Nagabonar |
| Nurul Arifin | Kirana |
| Afrizal Anoda | Bujang |
| Wawan Wanisar | Lukman |
| Piet Pagau | Bang Pohan |
| Roldiah Matulessy | Ibu Kirana |
| Yetty Mustafa | Ibu Nagabonar |
| Nico Pelamonia | Dokter Zulbi |
| Kaharuddin Syah | Kolonel Belanda |
| Robert Syarief | Mayor Belanda |
Sinopsis
Nagabonar (Deddy Mizwar) adalah seorang pencopet di Medan yang sering keluar-masuk penjara Jepang. Ia bersahabat dengan seorang pemuda bernama Bujang (Afrizal Anoda). Ketika mendengar proklamasi kemerdekaan Indonesia, mereka bergabung dengan tentara pejuang kemerdekaan yang dipimpin oleh Bang Pohan (Piet Pagau). Nagabonar menjadi jenderal tentara pejuang kemerdekaan setelah berhasil merebut senjata dari pasukan Jepang. Ia juga jatuh cinta dengan Kirana (Nurul Arifin), putri Dokter Zulbi (Nico Pelamonia) yang menolongnya saat ia terluka.
Nagabonar bersama pasukannya berperang melawan pasukan Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Dalam sebuah perundingan, ia menunjuk Parit Buntar sebagai wilayah kekuasaannya, tanpa tahu bahwa tempat itu sudah diduduki oleh Belanda. Ia bersumpah akan mempertahankan Parit Buntar sampai mati. Namun, ia harus menghadapi kenyataan pahit ketika sahabatnya Bujang gugur di medan perang. Ia juga harus memilih antara cinta atau tanah air ketika Kirana memintanya untuk meninggalkan Parit Buntar dan hidup damai bersamanya.
