Membaca adalah kegiatan sehari-hari manusia yang harus dilakukan agar menumbuhkan pengetahuan baru. Dan perkembangan zaman membawa kita pada perubahan dari yang tadinya serba tulisan tangan sekarang berubah menjadi era tulisan digital.
Untuk mendapatkan informasi sudah tidak lagi hanya menggunakan media terbitan buku secara nyata melainkan juga bisa mendapatkan informasi melalui media digital lain seperti Televisi, audio book, podcast dan artikel online.
Manusia di ciptakan oleh tuhan memang di tugaskan untuk berfikir, namun hal tersebut nampaknya mulai akan tergantikan karena di zaman sekarang manusia cenderung menggantikan tugas memikirnya ke dalam sebuah komputer sebagai alat kecerdasan buatan.
Apakah mendapatkan informasi masih relavan dengan hanya membaca buku hingga saat ini ?
Hal tersebut tergantung informasi apa yang sedang dibutuhkan, terkadang berdiskusi jauh lebih baik ketimbang membaca buku, karena berdiskusi melalui perantara pemikiran manusia dan mudah untuk di sederhanakan oleh otak karena melalui pendengaran dan ucapan.
Namun begitu, membaca masih menjadi hal yang umum dan sangat relavan.Asalkan bisa mengasah kemampuan membaca dan di barengi oleh berfikir yang tajam agar sesuatu yang di baca menjadi efisien dan tidak gampang lupa.
Banyak Baca Buku Apakah Bagus ?
Tidak perlu membanggakan diri jika banyak buku tapi setelah membaca hilang dan lupa semua apa yang barusan tadi di baca, dengan kata lain seperti melukis di atas air. Hanya awalnya saja terbentuk lalu kemudian lupa dan tidak memberikan kesimpulan apa-apa.
Memang membaca banyak buku itu sangatlah penting namun jika tidak mempunyai skill untuk menelaah tulisan saya rasa semua akan menjadi percuma saja karena akhirnya hanya membuang-buang waktu dengan kesibukan yang akhirnya dilupakan juga.
Mengapa Membaca Itu Penting ?

Mengapa membaca menjadi penting karena orang yang suka menulis adalah orang-orang yang sering membaca sesuatu sehingga menulis dan membaca merupakan satu kesatuan hobi yang tidak bisa di pisahkan.
Tanpa membaca tidak akan tulisan dari sebuah ide pemikiran yang nyata, namun jika hanya membaca tanpa menulis maka akan hanya membuat banyak gagasan ide namun tidak menuangkannya dan mengamalkannya sebagaimana mestinya ilmu yang harus di bagikan.
Orang yang sering membaca lama-lama akan menumpuk ide-ide hebat di dalam fikirannya dan akan “timbul” rasa gregetan untuk menulis dan menuangkan ide yang ada di dalam fikirannya tersebut. Hingga pada akhirnya batinnya pun akan memaksa seseorang yang cinta dengan membaca untuk menuangkan ide gagasannya kedalam bentuk tulisan.
Apakah Membaca Membuka Gagasan Baru ?
Membaca pada umumnya akan membuka cakrawala dan gagasan yang baru memberikan warna pemikiran dan seni berfikir yang baru. Di samping itu membaca juga akan memberikan ide-ide hebat yang tidak pernah terfikir sebelumnya karena dengan membaca membuat partikel-partikel otak kita saling terhubung satu sama lain.
Membaca akan sia-sia jika tidak menemukan gagasan baru dan pola berfikir kamu masih disitu-situ aja. Jika kamu selesai membaca sebuah buku namun pola fikir kamu belum berubah mungkin kamu hanya membuang-buang waktu karena apa gunanya membaca jika tidak mempunyai sudut pandang yang baru ?
Jangan Terlalu Mengandalkan Bacaan
Sisi negatif dari kaum yang suka baca kadang kurang melakukan riset tentang kebenaran yang sesungguhnya, saat terlalu mengandalkan bacaan dalam menemukan sebuah ide, akan membuat otak malas berfikir sehingga tidak terlatih untuk membuat sebuah gagasan baru. Hingga akhirnya hanya menelan sebuah bacaan mentah-mentah dan malas untuk berfikir ulang karena terlalu mengandalkan bacaan.
Mengubah Mindset Dalam Membaca
Baiknya dalam membaca itu harus menemukan pola baru, yaitu menggunakan bacaan sebagai aktivitas untuk menguji keabsahan pendapat seseorang. Dan harus mempunyai ide sebelum membaca serta pemikiran sendiri. Dengan membaca, uji ide tersebut apakah sudah relavan dengan ilmu yang sebenarnya ? apakah sudah cocok dengan kenyataan sebenarnya ? apakah pemikiran si penulis sudah benar sesuai realita yang terjadi ?
Dengan begitu maka seseorang akan lebih terlatih untuk berfikir. Bukan hanya menunggu pemecahan solusi dengan berharap menemukan sebuah tendensi dalam sebuah buku yang di bacanya tanpa mengambil kesimpulan dari realita kenyataan diluar dari sudut pandang si penulis dan gagasan sendiri.
Awalnya ragu dalam menelaah sebuah kesimpulan. Tapi saat menemukan perbandingan dan masukan dari sudut pandang dan masukan, akhirnya hati menjadi yakin dan mantap.
“Pengetahuan tidak lagi merupakan syarat awal bagi pemahaman seperti yang pernah dipikirkan secara luas. Kita tidak harus mengetahui semua hal tentang sesuatu agar memahaminya.
Terlalu banyak fakta seringkali sama-sama menghambat pemahaman, seperti juga terlalu sedikit fakta. Ada kesan bahwa kita, manusia modern, terlalu terlalu dibanjiri oleh fakta-fakta sehingga menghancurkan pemahaman.” (How to Read A Book)Mortimer J. Adler
Jadi apa kesimpulannya ?
Jangan terlalu rakus akan semua informasi yang datang dan baru. Karena kapasitas fokus otak manusia tidak seperti komputer yang bisa tahu dan bisa di simpan dengan baik di memori harddisk (yang tidak akan hilang jika kita tidak dengan sengaja menghapusnya).
Tapi saringlah informasi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. Dan jangan suka menelan informasi secara mentah-mentah dari sebuah fakta. Latihlah daya Psikomotorik dengan banyak eksekusi dan latihan.
Banyak dari kita yang kurang kritis dalam mencerna sebuah informasi yang baru. Terkadang malah terlalu percaya dengan informasi yang di berikan sebuah buku, hingga akhirnya kita mempercayainya dan menelan semuanya bulat-bulat tanpa di fikirkan lagi.
Hal ini sama halnya seperti kita terhipnotis Seolah-olah apa yang dikatakan oleh penulis buku pasti benar karena pada umumnya pada pembaca yakin bahwa buku yang diterbitkan tersebut pastinya melalui riset yang panjang namun kenyataanya tidak demikian.
Walaupun buku yang di baca itu kredibel sekalipun pembaca harusnya tetap perlu skeptis.Ragu-ragu dan tidak mempercayai 100% membenarkan apa yang dituliskan sebuah buku.
Mencari kebenaran dari sisi lain dan bertanya dalam diri, “Benarkah apa yang di tulis dibuku ini ? ” dengan mencari informasi dan fakta pendukung tambahan sebelum benar-benar mengambil kesimpulan.
Ketika sudah terlalu sering dan terbiasa tidak melakukan kroscek pada sebuah pemahaman hanya karna pengemasan penyampaiannya menarik maka informasi tersebut akhirnya menjadi satu paket pemahaman yang tidak bisa di bantah oleh fikiran alam bawah sadar (karena males cari fakta pendukung lain dan suka menelan mentah-mentah sudut pandang si penulis).
Maka tentunya akan menjadi sangat berbahaya jika kenyataan informasi yang diberikan itu ternyata salah. Akhirnya tak sadar seorang pembaca yang tidak berfikir kritis terjebak dalam pemahaman yang keliru secara berlarut-larut.
Lantas Apa yang Lebih berbahaya dari sebuah hipnotis ?
Jawabannya adalah membaca yang isinya “menyesatkan”. Dan ternyata si pembaca tidak sadar bahwa pola tersebut sebenarnya menjerumuskan dan telah membentuk pola alam bawah sadar secara halus tanpa ada penolakan batin.
Kebiasaan Buruk Yang Fatal Seorang Pembaca
- Kebiasaan buruk dari seorang pembaca adalah tidak mau berfikir alias membaca tanpa berfikir dan suka sekali menelan mentah-mentah informasi yang seakan-akan semua itu pasti benar. Walaupun penulisnya adalah Leonardo Davinci, Socrates ataupun Albert Einstein sekalipun.
- Kebiasaan buruk lain seorang pembaca adalah “Menolak sebuah ide mentah-mentah tanpa mencari sudut pandang lain dan mencari kesimpulan sendiri dan merenungkan sebenarnya apa yang di maksud”. Walaupun itu kata-kata dari Heinrich Himmler atau Hermann Goering.
Tapi di samping itu orang tetap memerlukan sebuah bacaan agar ide mereka tetap terasah dan memunculkan inovasi-invoasi yang baru. Ide dan tulisan yang tidak di sokong oleh bacaan adalah rapuh dan sia-sia. Atau layak disebut dengan omong kosong dan imajinasi saja.
Jadi, sebaiknya melatih untuk menciptakan gagasan dan menemukan ide juga perlu. Jangan habiskan seluruh waktu untuk membaca tanpa pernah menyeimbangkan dengan berpikir, dan jangan pula habiskan waktu untuk berpikir tanpa pernah membaca.